Sabtu, 22 Oktober 2011

Legenda Cinta Pulau Kemaro di Bumi Sriwijaya Palembang



Kisah Cinta di Nusantara sudah pernah Anda dengar sebelumnya seperti kisah cinta Syamsul Bahri dengan Siti Nurbaya yang berakhir dengan tragis. Ada suatu kisah cinta yang mungkin agak kurang familiar di telinga Anda, yaitu Kisah cinta seorang saudagar Tionghua pada zaman kerajaan Palembang yang bernama Tan Bun An dengan putri kerajaan Palembang yang bernama Siti Fatimah.
Diceritakan pada waktu masa Kerajaan Palembang, putri kerajaannya yang bernama Siti Fatimah disunting oleh seorang saudagar muda yang bernama Tan Bun An.
Setelah persuntingan selesai dilakukan, maka saudagar Tionghua tersebut memboyong Putri Siti Fatimah tersebut ke daratan Tiongkok untuk dipertemukan dengan orang tua Tan Bun An.
Setelah menetap beberapa lama di daratan Tiongkok, maka pasangan muda ini pulang kembali ke Kerajaan Palembang dengan membawa tujuh buah guci sebagai hadiah dari orang tua Tan Bun An.
Di perairan sungai Musi Palembang di atas sebuah kapal,  Tan Bun An ingin membuka beberapa guci untuk mengetahui apa isi di dalamnya. Betapa kagetnya ia mengetahui bahwa isi beberapa guci tersebut hanyalah sawi - sawi asin. Dahulu kala, orang Tionghua suka mengawetkan sayuran dengan cara diasinkan, salah satunya adalah sawi asin.
Betapa malunya Tan Bun An mengetahui bahwa isi beberapa guci tersebut adalah sawi asin, lalu ia membuka isi guci yang lain , ternyata hasilnya juga sama yaitu sawi asin. Betapa malunya Tan Bun An, tak mungkin ia jauh - jauh dari daratan Tiongkok membawa buah tangan kepada mertuanya berupa sawi asin. 
Karena kesal bercampur marah, Tan Bun An membuang satu persatu guci yang ada di dalam kapal ke sungai Musi. Namun, sewaktu hendak membuang guci yang terakhir, guci itu terjatuh di kapal dan pecah berantakan. Betapa kagetnya Tan Bun An dan Istrinya Siti Fatimah begitu mengetahui bahwa isi guci tersebut , selain sawi asin , ternyata menyimpan emas yang banyak. 
Ternyata, orang tua Tan Bun An menyimpan emas - emas tersebut di dasar guci dan diatasnya ditimpa dengan sawi asin dengan maksud hendak mengelabuhi para perompak - perompak laut yang pada zaman itu terkenal ganas dan suka menjarah merampok harta benda di kapal yang melintas di laut ataupun sungai.
Malu bercampur perasaan bersalah, maka Tan Bun An tanpa berpikir panjang menyeburkan diri dari atas kapal ke dalam sungai Musi dengan maksud hendak mencari kembali guci yang telah dibuang ke dalam sungai Musi tersebut.Seorang pengawalnya yang setia segera menyusul tuannya untuk membantu mencari guci berisi emas tersebut. Malang bagi keduanya, kaki mereka tersangkut oleh tanaman yang ada di dalam sungai sehingga mereka tidak bisa muncul lagi ke permukaan sungai untuk selama- lamanya.
Putri Siti Fatimah yang menanti diatas kapal mulai cemas, karena ditunggu setelah beberapa lama suaminya dan pengawalnya tidak muncul -muncul juga dari dalam sungai Musi , maka ia pun  segera menyusul menceburkan diri ke sungai Musi untuk menolong keduanya. Malang nasibnya, kakinya pun tersangkut tanaman di dalam sungai sehingga tak bisa muncul lagi ke permukaan sungai.
Nasib berkata lain. Tan Bun An, Siti Fatimah dan seorang pengawalnya tidak kunjung kembali ke permukaan sungai Musi. Sejak itulah, mulai muncul tanah sedikit - sedikit dari dalam sungai Musi yang kemudian lama-kelamaan membentuk sebuah pulau di sungai Musi yang bernama Pulau Kemaro ( Kemarau). Penduduk sekitar sering mendatangi pulau tersebut untuk mengenang nasib tiga orang tersebut.
Pulau Kemaro ( Indonesia: Kemarau ), memiliki luas sekitar 5 hektar yang terletak di hilir sungai Musi. Untuk bisa kesana, pelancong bisa menyewa perahu yang terdapat di sekitar Jembatan Ampera dan kemudian menyusuri sungai Musi yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatra ini selama 1 jam perjalanan di atas perahu.
Di Pulau Kemaro ini terdapat sebuah Kelenteng Kok Ceng Bio yang didirikan pada tahun 1962. Bangunan ini dulunya adalah sebuah gubuk bagi para penganut agama Budha, Kong Hu Cu dan Tridharma di Palembang yang memiliki makna ritual yang tinggi.
Pada hari Cap Go Meh yaitu 15 hari setelah Imlek, pulau Kemaro ini ramai dikunjungi oleh pengunjung, baik dari daerah Palembang bahkan sampai dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapura untuk bersembahyang di pulau Kemaro ini.


Pempek Sari Mulia
Alamat Rumah: Jl.pelamongan indah blok J12 No.23 Jasmine Park Plamongan Indah
Semarang
Alamat toko  : Plamongan Indah depan Apotek Dadi Sehat Semarang

No telepon :  08882512709 , 08882504983 ( Fren )
                     0817249787   ( XL)
Pesan Antar Semarang minimal Rp.50.000,- dan menerima pesanan luar kota



Pembayaran bisa transfer ke rekening BCA

atas nama Ester Meilani Ng No Rek. 0094573757

Tidak ada komentar:

Posting Komentar